Pernah menguap di sekolah atau tempat umum gara-gara ada orang yang menguap? Lalu, terjadilah efek domino lomba menguap. Ada yang cuek, ada yang malu-malu menutupi mulutnya dengan sapu tangan.
Menguap memang tindakan alamiah yang sudah lumrah bagi kita. Mungkin saking lumrahnya, sampai sekarang orang masih belum tahu alasan tepat mengapa orang menguap. Memang orang mengaitkan kegiatan ini dengan rasa kantuk yang menyerang. Tapi tidak setiap kita menguap terus tidur 'kan?
Menurut teori kedokteran, kita menguap karena level oksigen dalam paru-paru kita rendah. Dalam paru-paru terdapat gelembung-gelembung alveoli. Jika tidak mendapat udara segar dalam jumlah cukup, gelembung itu akan kempes seperti balon kekurangan gas. Sebagai akibatnya, paru-paru akan "kejang" sedikit. Untuk mengatasinya otak kita memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu, di antaranya adalah menguap, agar lebih banyak udara masuk ke dalam paru-paru.
Apakah menguap itu menular? Ini juga masih diteliti. Sebagian orang mengatakan, menguap adalah gejala psikologis, kita dapat mengatakan pada diri kita untuk melakukan ini atau tidak. Atas dasar inilah mereka menganggap menguap bukanlah "tindakan" menular. Kalau menular tentu kita tidak akan bisa mengontrolnya.
Namun, sebagian orang lagi bilang, menguap itu menular. Ya, seperti fenomena serangan menguap di atas. Atau bisa juga manakala berada di depan orang yang menguap, kita akan menguap. Terkadang saat membaca artikel tentang menguap, tanpa sadar mulut kita melakukan "senam kesegaran paru-paru". Bahkan, jika sedang sendirian memikirkan tentang menguap, kita pun akan menguap! Menurut Prof. Provine dari Maryland, ketika orang menguap di depan kita, maka tubuh kita akan bereaksi, mengatur dirinya sehingga kita dipaksa untuk menguap.
Belum ada tanggapan untuk "Menguap Menular atau Tidak"
Post a Comment