Guru itu…
Guru itu harus menguasai ilmu yang diajarkan, bagaimana bisa membuat anak-anak menjadi pintar kalau dirinya sendiri masih belum menguasai ilmu yang diajarkan.
Guru itu harus berakhlak baik, mampu memberi contoh dan teladan untuk anak-anak. Kalian menjadi cerminan kami untuk bersikap.
Guru itu harus sabar, tubuh letih, perut belum terisi, begitu masuk kelas harus terlihat bersemangat menyampaikan pelajaran dan mampu menguasai keadaan kelas dengan puluhan anak.
Guru itu harus ikhlas, ikhlas memberikan ilmu, ikhlas dengan bayaran berapapun, ikhlas dengan urusan bertele-tele dan panjang bahkan hanya untuk sekedar nomor identitas pegawai (ini curhatan guru honorer :) )
Seperti apa kesan guru-guru muda saat menjadi guru? Ini kata mereka…
Pendidikan dalam kesurupan
Pagi itu jadwal saya mengajar di kelas XI IPS. Saya sedang mengadakan ulangan harian. Semua soal telah dibagikan dan siswa mengerjakan dengan tenang. Tiba-tiba di pertengahan ulangan, salah satu siswi pingsan. Saya panik sekali. Cara menolong atau mengatasi siswa yang pingsan itu tidak diajarkan di mata kuliah apapun saat kuliah. Tidak ada. Saya diam beberapa lama dan berfikir harus apa sekarang. Saya tidak tahu harus bagaimana. Siswa yang lain langsung menggotong dan membawanya ke bagian belakang ruang kelas. Akhirnya saya juga ikut memegangi siswi tersebut. Lalu menyuruh siswa lainnya mengambilkan air, minyak kayu putih, dan memanggil guru lainnya untuk menolong.
Belum selesai saya menyuruh, tiba-tiba siswi itu mengamuk. Membuka jilbabnya, berceloteh dan mencerca tidak karuan, menendang dan mencakar orang-orang yang berada di dekatnya. Tahulah saya bahwa sebenarnya siswi itu sedang kesurupan. Pingsan itu hanya awalnya. Saya tidak pernah mengalami hal-hal seperti itu. Saya takut sekali hingga secara spontan saya lari menuju ke pintu kelas hendak keluar. Tetapi sampai di pintu kelas, saya berfikir. Saya guru sekarang dan di dalam adalah murid-murid saya yang usianya lebih muda dari saya, saya adalah orangtua mereka, kalau saya ketakutan dan lari, mereka bagaimana? Akhirnya saya memberanikan diri dan kembali ke dalam kelas untuk memegangi siswa tersebut hingga guru-guru yang lain datang.
Itu peristiwa sepele. Tapi, peristiwa itu yang menyadarkan saya bahwa “saya seorang guru sekarang”. Menjadi guru bukan hanya tentang bagaimana menguasai materi dan mampu menjelaskannya dengan baik kepada anak-anak, tapi juga tentang menjadi orangtua bagi siswa-siswa di sekolah, tentang tanggung jawab kita mendidik mereka. Tentang pendidikan karakter dan sikap kita kepada mereka. Maka inilah guru, mendidik dan mengajar.
IdaR, Guru
Tanggungjawab orangtua kepada anak-anaknya
Orang tua mempunyai tanggungjawab yang besar untuk anaknya, mereka harus menjadikan anak-anak mereka insan yang berguna bagi kehidupan, sebuah tanggungjawab yang sangat mulia. Dan ternyata di dunia ini tanggungjawab yang begitu besar bukan hanya dimiliki orang tua. Tanpa gen sama, kromoson yang berbeda, mungkin juga ras yang berbeda jauh tanggungjawab yang begitu besar itu juga dimiliki oleh seorang guru. Bukan hanya satu anak tapi ratusan anak harus dijadikan generasi unggul maka ada ratusan kemuliaan yang nanti guru rasakan.
Maka itulah yang selalu menjadi penyemangat saya ketika mengajar dulu. Sebuah motivasi yang setiap harinya selalu membuncah. Saat ada satu anak gagal maka kesedihan orangtuanya juga kesedihanku. Semua bisa dikatakan normal dalam dunia pendidikan. Sebenar-benarnya sebuah pendidikan bukan hanya tentang memberikan semua ilmu dari seorang guru tapi sebuah perubahan yang lebih baik pada generasi, meski perubahan yang terjadi dikit itu lebih baik namun bila banyak itu sempurna.
IndahAz-Zahra, pernah menjadi guru
Mengajar dan mendidik
Saya adalah seorang guru di salah satu SMP swasta di Jember. Awalnya saya adalah guru bantu yang mengajar TIK. Setelah beberapa lama mengabdi barulah saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar di bidang yang saya kuasai yaitu matematika. Sekolah ini merupakan sekolah islam yang dikelola oleh sebuah yayasan.
Setiap guru pastinya memiliki suka dan duka saat mengajar. Tugas seorang guru bukan hanya mengajar tapi juga mendidik. Ketika murid bandel, tidak mengerjakan tugas atau PR, padahal hal itu untuk kebaikan mereka nantinya, maka kita akan merasa jengkel, kesal, dan sebagainya. Namun, selama mengajar saya lebih banyak mendapatkan hal-hal yang menyenangkan. Seperti kelucuan tindakan anak-anak ketika di kelas, antusias dalam pelajaran, ikut merasa senang ketika mereka berhasil memahami apa yg disampailkan dan mendapatkan nilai bagus, serta perubahan sifat mereka menjadi lebih baik.
HasyimA., Guru
Kesan pertama menjadi guru
Pertama kali menjadi guru sama seperti pertama kali kita menjadi seorang murid. masih merasa bodoh, takut salah, grogi, bingung, di depan kelas ga tahu mau ngomong apa. Walaupun sudah sering praktek mengajar ketika kuliah dan belajar bertahun-tahun materi yang kita ajarkan kepada murid, tetapi pertama kali terjun langsung menjadi seorang guru itu berbeda. Meskipun persiapan sudah matang, tetap saja merasa grogi.
Kita tidak hanya harus pintar menyampaikan materi tetapi juga harus bisa mengatasi dan memahami karakter dan sifat siswa yang berbeda-beda. Sampai sekarang pun masih tetap belajar bagaimana menjadi guru yang baik. Guru yang mampu mengajar, mampu mendidik , mampu menjadi teladan untuk murid-murid.
DewiNingrum, Guru
Perkenalan pertama di
kelas
Mengajar di kelas? Hal yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya, maklumlah saya bukan seorang sarjana pendidikan, cuma
lulusan matematika murni. Memang benar saya sudah terbiasa mengajar les privat
selama kuliah, namun mengajar di kelas itu ternyata berbeda sekali, benar-benar
perlu kesabaran untuk menghadapi tingkah laku dan pemikiran siswa yang beragam,
apalagi siswa SMA yang sedang mengalami masa-masa puber nya.
Hari itu pertama kali saya mengajar di
kelas, kebetulan di kelas X, seperti biasanya karena guru baru pastilah
perkenalan terlebih dahulu. Perkenalan yang membuat saya gugup dan juga
berbunga-bunga. Gugup karena melihat 35 siswa yang entah kenapa tiba-tiba
hening sehingga yang terdengar hanya suara saya dan berbunga-bunga karena ada
seorang siswa yang bilang saya cantik, kenyataannnya benar cantik atau tidak
saya juga tidak tahu J.
Di kelas ini saya merasa lebih seperti seorang kakak dibandingkan seorang guru.
Mereka tidak malu bercerita, mengeluh bahkan terkadang mengkritik saya.
Walaupun mereka sudah lulus, mereka masih sering berkomunikasi dengan saya.
Menurut saya mengajar pelajaran
matematika memang membawa beban tersendiri, karena tidak semua siswa menyukai
pelajaran ini. Pelajaran matematika terkenal dengan kesulitannya. Persepsi
siswa bahwa guru matematika pasti galak, membuat saya berfikir bagaimana
mengubah mindset tersebut.
RizkaDwiH., Guru
Belum ada tanggapan untuk "Pengalaman Pertama Mengajar"
Post a Comment